Ada Apa dibalik
Perjuangannya?
Tanah timor yang kita tinggali ini nampak begitu indah dengan berbagai
kemegahan yang tentunya dapat kita rasakan sebagai masyarakat. Namun tahukah
kita para sosok terdahulu yang turut mewujudkan kejayaan kita saat ini? Salah
seorang tokoh yang sangat terkenal dengan keberaniannya adalah Raja Sobe Sonbai
III. Ia mulai dikenal dengan terjadinya “Perang
Bipolo” pada september 1905.
Ada beberapa
versi mengenai generasi Sonbai. Salah satunya mengatakan bahwa leluhur Sonbai
diyakini adalah seorang tokoh magis yang berasal dari Fatuleu. Raja Sobe Sonbai
III adalah cucu dari tokoh magis Sonbai yang menjadi pahlawan masyarakat timor
yang hidup dan menjadi raja sekitar pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Sedangkan versi lainnya adalah bahwa Sonbai yang pertama berasal dari Belu yang
menikah dengan putri Raja Kune Uf dari Fatumnutu. Nisnoni adalah cicit Sonbai I
yang mendirikan dinasti Nisnoni di Kupang. Sedangkan cicit yang lainnya adalah
Sobe Sonbai I yang berpindah ke Kauniki dan kemudian keturunannya bergelar Sobe
Sonbai II dan selanjutnya Sobe Sonbai III, sehingga Sonbai dikenal sebagai
sebuah dinasti. Sobe Sonbai III inilah yang melakukan perlawanan sengit
terhadap Belanda.
Gunung Fatuleu,Desa
Oelbiteno yang diyakini sebagai tempat leluhur Sonbai
Semasa hidupnya Sobe
Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian apapun dengan Belanda
ditambah ia selalu menentang belanda. Hal inilah yang membuat adanya pergolakan
antara pihak Belanda dengan masyarakat timor. Sobe Sonbai III sendiri diberi
julukan oleh Belanda yaitu, “Pretendent-Keizer”.
Klimaks dari pergolakan ini adalah “Perang
Bipolo”.
Menurut sumber-sumber orang Timor, Sobe Sonbai III membangun tiga benteng
untuk melawan Belanda yaitu, Ektob di Benu, Kabun di Noelnoni, dan Fatusiki di
Oelnaineno. Benteng-benteng ini dijaga oleh pemimpin perang yang disebut “Meo”. Salah satu meo yang paling kuat
dan setia adalah Toto Smaut dari Pitais yang seperti Sonbai sendiri menklaim
mempunyai kekuatan magis. Para pasukan Belanda pertama kali bertemu dengan
pasukan Sonbai di Ektob pada 18 September yang dimaksudkan dengan “benteng”
disini adalah tebing berbatu terjal yang disekitarnya dibangun dinding dan
gubuk diberbagai tingkatan.
Beberapa
anggota pasukan belanda terluka oleh para penembak jitu tersembunyi sampai
akhirnya para penembak ini dibungkam dengan sejumlah salvo (yaitu tembakan
serentak dari sejumlah meriam). Ketika gua-gua Ektob dimasuki hari berikutnya
tentara Belanda hanya menemukan beberapa tubuh korban orang Timor. Di gua
tertinggi ditemukan beberapa senjata dan surat pengangkatan Raja Benu.
Selanjut
pengejaran para pasukan Sonbai dilakukan mulai dari kampung Kornel Oteh sampai
Kauniki. Pada 2 November 1905 Letnan Rijnders dan Controleur Hellwig kembali ke
Kupang dengan sejumlah tawanan. Pengejaran pasukan Sonbai dialih tugaskan
kepada Kapten Franssen Herderschee, ia pun diberi otoritas sipil sementara di
tempat-tempat yang bergolak. Sementara itu Sobe Sonbai III masih dalam pelarian
dan meskipun sejumlah penguasa yang dulu mendukungnya sudah membantu Belanda,
ia tidak dapat ditemukan.
Sepanjang
bulan November dan Desember 1905 pencarian Sobe Sonbai III masih terus
dilakukan. Orang-orang pendukung Sonbai ditangkap dan dibunuh, banyak orang
yang telah meninggalkan kampung mereka pada awal perang kini telah kembali.
Pada 6 Februari 1906 Sobe Sonbai III diminta untuk menyerah pada Belanda di
distrik dimana ia bersembunyi.
Sore 6
Februari Letnan de Vries menangkap Sobe Sonbai III. Dibulan April 1906 seorang
pelarian yang terakhir yaitu Kornel Oteh menyerah kepada Belanda. Dan Toto
Smaut menyerahkan dirinya setelah mendapat berita bahwa Sobe Sonbai III telah
ditangkap. Toto Smaut dibuang ke Aceh namun kemudian diperbolehkan pulang dan
akhirnya meninggal di Kauniki pada 1936.
Sementara
itu, Sobe Sonbai sendiri diasingkan ke Waingapu, Sumba. Ia tinggal disana
kira-kira satu atau dua tahun. Ia kembali ke Timor dan tinggal di Camplong.
Kerajaannya dibagi menjadi beberapa kerajaan kecil seperti Amfaon, Molo,
Miomafo, dan Fatuleu. Pada 1913 terungkap sebuah gerakan yang ingin menyatukan
kerajaan tua Sonbai dan mengembalikan tahta Sobe Sonbai III. Namun Sobe Sonbai
tetap dalam pengawasan di Camplong.
Akhirnya
dalam usia delapan puluhan, Sonbai meyakinkan Belanda bahwa ia sudah tidak lagi
memiliki ambisi untuk melawan Belanda dan memohon untuk kembali ke Kauniki.
Permintaan ini dikabulkan oleh pihak Belanda pada Juli 1921. Namun ternyata
Sobe Sonbai III belum berhenti, datang laporan bahwa ia sekali lagi mengajarkan
pemberontakan melawan “kompeni”. Belanda segera membawa laki-laki tua ini
kembali ke Kupang. Ia meninggal dalam pengasingan di Kupang bulan Agustus 1922.
Ia dimakamkan di Fatufeto, tidak jauh dari Benteng Concordia. Namun tempat yang
pasti tidak diketahui sampai saat ini.
Monumen Pahlawan Sonbai
yang terletak di depan Gereja Katedral
Keberanian,
pantang menyerah, selalu berusaha adalah teladan yang patut kita contohi dari
seorang Sobe Sonbai III. Kita hidup di zaman Modern, dimana segala sesuatu
menjadi begitu instan, proses tidak lagi menjadi faktor utama dalam kehidupan.
Padahal melalui proses karakter kita mulai dibentuk, akan setangguh apa kita
nanti tentunya terlihat dalam proses. Sobe Sonbai III melewati proses hidup
yang sangat sulit, perang adalah kepahitan dalam kehidupan yang sangat berbekas.
Namun Sobe Sonbai tetap berjuang.
Bagaimana
dengan kita? Kita sepatutnya juga seperti Sobe Sonbai III. Dunia di era modern
menjadi sangat kompetitif, siapa yang kuat akan menjadi yang teratas namun
siapa yang lemah tentu akan terbuang. Kita harus berjuang melawan
individualisme yang ditawarkan dunia, pintar-pintar dalam memilah segala
informasi, dan berani menjadi diri sendiri demi memberikan pengaruh pada orang
lain. Jadi, “Try a little harder, to be a little better”.
Terima kasih kepada :
http://daonlontar.blogspot.com/2013/05/bagaimana-rupa-pahlawan-sobe-sonbai-iii.html
http://satutimor.com/perang-bipolo-dan-nasib-sobe-sonbai-iii.php
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
BalasHapusdan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [5162] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 690 JUTA , wassalam.
Trima kasih untuk tulisan nya.. telah mrnambah wawasan saya tentang Pahlawan yg berjuang demi Mempertahankan negeri imi.. smoga lbih banyak lgi tulisan tentang para raja dan pahlawannyg lain di berbagai tempat di P. TIMOR ini. Agar bisa slalundi kenang oleh generasi jaman skrg yg serba digital ini. Krna sdh bxk sejarah Timor yg sdh jarang kita dengar dari petua petua kita. Yg lain nya sdh tiada.. krna Zaman makin maju sehingga akan semakin sulit untuk menggali sejarah yg sdh lama terabaikan.
BalasHapusBest T-Shirt | The T-Shirt - The T-Shirt - iTanium Art
BalasHapusThe T-Shirt stiletto titanium hammer · titanium trim hair cutter reviews Best titanium chords T-Shirt · titanium stud earrings Best T-Shirt where is titanium found
pm545 asicsrunningshoescanada,gymshark colombia,gymshark sale,Scarpe altra,caterpillarsuomeksi,caterpillar botas,asics gr ,keensandalet,asics sisäpelikengät pa050
BalasHapus