Kamis, 07 Mei 2015

Sobe Sonbai III

Ada Apa dibalik Perjuangannya?
 
 Tanah timor yang kita tinggali ini nampak begitu indah dengan berbagai kemegahan yang tentunya dapat kita rasakan sebagai masyarakat. Namun tahukah kita para sosok terdahulu yang turut mewujudkan kejayaan kita saat ini? Salah seorang tokoh yang sangat terkenal dengan keberaniannya adalah Raja Sobe Sonbai III. Ia mulai dikenal dengan terjadinya “Perang Bipolo” pada september 1905.

Ada beberapa versi mengenai generasi Sonbai. Salah satunya mengatakan bahwa leluhur Sonbai diyakini adalah seorang tokoh magis yang berasal dari Fatuleu. Raja Sobe Sonbai III adalah cucu dari tokoh magis Sonbai yang menjadi pahlawan masyarakat timor yang hidup dan menjadi raja sekitar pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Sedangkan versi lainnya adalah bahwa Sonbai yang pertama berasal dari Belu yang menikah dengan putri Raja Kune Uf dari Fatumnutu. Nisnoni adalah cicit Sonbai I yang mendirikan dinasti Nisnoni di Kupang. Sedangkan cicit yang lainnya adalah Sobe Sonbai I yang berpindah ke Kauniki dan kemudian keturunannya bergelar Sobe Sonbai II dan selanjutnya Sobe Sonbai III, sehingga Sonbai dikenal sebagai sebuah dinasti. Sobe Sonbai III inilah yang melakukan perlawanan sengit terhadap Belanda.


          Gunung Fatuleu,Desa Oelbiteno yang diyakini sebagai tempat leluhur Sonbai


Semasa hidupnya Sobe Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian apapun dengan Belanda ditambah ia selalu menentang belanda. Hal inilah yang membuat adanya pergolakan antara pihak Belanda dengan masyarakat timor. Sobe Sonbai III sendiri diberi julukan oleh Belanda yaitu, “Pretendent-Keizer”. Klimaks dari pergolakan ini adalah “Perang Bipolo”.

Menurut sumber-sumber orang Timor, Sobe Sonbai III membangun tiga benteng untuk melawan Belanda yaitu, Ektob di Benu, Kabun di Noelnoni, dan Fatusiki di Oelnaineno. Benteng-benteng ini dijaga oleh pemimpin perang yang disebut “Meo”. Salah satu meo yang paling kuat dan setia adalah Toto Smaut dari Pitais yang seperti Sonbai sendiri menklaim mempunyai kekuatan magis. Para pasukan Belanda pertama kali bertemu dengan pasukan Sonbai di Ektob pada 18 September yang dimaksudkan dengan “benteng” disini adalah tebing berbatu terjal yang disekitarnya dibangun dinding dan gubuk diberbagai tingkatan.

Beberapa anggota pasukan belanda terluka oleh para penembak jitu tersembunyi sampai akhirnya para penembak ini dibungkam dengan sejumlah salvo (yaitu tembakan serentak dari sejumlah meriam). Ketika gua-gua Ektob dimasuki hari berikutnya tentara Belanda hanya menemukan beberapa tubuh korban orang Timor. Di gua tertinggi ditemukan beberapa senjata dan surat pengangkatan Raja Benu.

Selanjut pengejaran para pasukan Sonbai dilakukan mulai dari kampung Kornel Oteh sampai Kauniki. Pada 2 November 1905 Letnan Rijnders dan Controleur Hellwig kembali ke Kupang dengan sejumlah tawanan. Pengejaran pasukan Sonbai dialih tugaskan kepada Kapten Franssen Herderschee, ia pun diberi otoritas sipil sementara di tempat-tempat yang bergolak. Sementara itu Sobe Sonbai III masih dalam pelarian dan meskipun sejumlah penguasa yang dulu mendukungnya sudah membantu Belanda, ia tidak dapat ditemukan.

Sepanjang bulan November dan Desember 1905 pencarian Sobe Sonbai III masih terus dilakukan. Orang-orang pendukung Sonbai ditangkap dan dibunuh, banyak orang yang telah meninggalkan kampung mereka pada awal perang kini telah kembali. Pada 6 Februari 1906 Sobe Sonbai III diminta untuk menyerah pada Belanda di distrik dimana ia bersembunyi.

Sore 6 Februari Letnan de Vries menangkap Sobe Sonbai III. Dibulan April 1906 seorang pelarian yang terakhir yaitu Kornel Oteh menyerah kepada Belanda. Dan Toto Smaut menyerahkan dirinya setelah mendapat berita bahwa Sobe Sonbai III telah ditangkap. Toto Smaut dibuang ke Aceh namun kemudian diperbolehkan pulang dan akhirnya meninggal di Kauniki pada 1936.

Sementara itu, Sobe Sonbai sendiri diasingkan ke Waingapu, Sumba. Ia tinggal disana kira-kira satu atau dua tahun. Ia kembali ke Timor dan tinggal di Camplong. Kerajaannya dibagi menjadi beberapa kerajaan kecil seperti Amfaon, Molo, Miomafo, dan Fatuleu. Pada 1913 terungkap sebuah gerakan yang ingin menyatukan kerajaan tua Sonbai dan mengembalikan tahta Sobe Sonbai III. Namun Sobe Sonbai tetap dalam pengawasan di Camplong.

Akhirnya dalam usia delapan puluhan, Sonbai meyakinkan Belanda bahwa ia sudah tidak lagi memiliki ambisi untuk melawan Belanda dan memohon untuk kembali ke Kauniki. Permintaan ini dikabulkan oleh pihak Belanda pada Juli 1921. Namun ternyata Sobe Sonbai III belum berhenti, datang laporan bahwa ia sekali lagi mengajarkan pemberontakan melawan “kompeni”. Belanda segera membawa laki-laki tua ini kembali ke Kupang. Ia meninggal dalam pengasingan di Kupang bulan Agustus 1922. Ia dimakamkan di Fatufeto, tidak jauh dari Benteng Concordia. Namun tempat yang pasti tidak diketahui sampai saat ini.


Monumen Pahlawan Sonbai yang terletak di depan Gereja Katedral

Keberanian, pantang menyerah, selalu berusaha adalah teladan yang patut kita contohi dari seorang Sobe Sonbai III. Kita hidup di zaman Modern, dimana segala sesuatu menjadi begitu instan, proses tidak lagi menjadi faktor utama dalam kehidupan. Padahal melalui proses karakter kita mulai dibentuk, akan setangguh apa kita nanti tentunya terlihat dalam proses. Sobe Sonbai III melewati proses hidup yang sangat sulit, perang adalah kepahitan dalam kehidupan yang sangat berbekas. Namun Sobe Sonbai tetap berjuang.

Bagaimana dengan kita? Kita sepatutnya juga seperti Sobe Sonbai III. Dunia di era modern menjadi sangat kompetitif, siapa yang kuat akan menjadi yang teratas namun siapa yang lemah tentu akan terbuang. Kita harus berjuang melawan individualisme yang ditawarkan dunia, pintar-pintar dalam memilah segala informasi, dan berani menjadi diri sendiri demi memberikan pengaruh pada orang lain. Jadi, “Try a little harder, to be a little better”.

Terima kasih kepada : 
http://daonlontar.blogspot.com/2013/05/bagaimana-rupa-pahlawan-sobe-sonbai-iii.html 
http://satutimor.com/perang-bipolo-dan-nasib-sobe-sonbai-iii.php

4 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
    beri 4 angka [5162] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 690 JUTA , wassalam.






















    BalasHapus
  2. Trima kasih untuk tulisan nya.. telah mrnambah wawasan saya tentang Pahlawan yg berjuang demi Mempertahankan negeri imi.. smoga lbih banyak lgi tulisan tentang para raja dan pahlawannyg lain di berbagai tempat di P. TIMOR ini. Agar bisa slalundi kenang oleh generasi jaman skrg yg serba digital ini. Krna sdh bxk sejarah Timor yg sdh jarang kita dengar dari petua petua kita. Yg lain nya sdh tiada.. krna Zaman makin maju sehingga akan semakin sulit untuk menggali sejarah yg sdh lama terabaikan.

    BalasHapus
  3. Best T-Shirt | The T-Shirt - The T-Shirt - iTanium Art
    ‎The T-Shirt stiletto titanium hammer · titanium trim hair cutter reviews ‎Best titanium chords T-Shirt · titanium stud earrings ‎Best T-Shirt where is titanium found

    BalasHapus